Sejak tahun 2000-an, kita sudah mengenal berbagai kebijakan pembayaran secara digital, salah satunya yang paling terkenal hingga sekarang ini adalah Paypal. Pada intinya, kebijakan pembayaran secara digital seperti halnya Paypal ini merupakan sebuah perantara diantara dua belah pihak yang akan melakukan transaksi.
Perantara tersebut berkedudukan sebagai pihak yang bisa dipercaya oleh kedua pihak yang melakukan transaksi, yang kemudian akan melakukan pencatatan dan selanjutnya memindahkan uang dari pihak pertama ke pihak kedua.
Namun beranjak ke sekitar tahun 2009, seseorang yang mengaku bernama Satoshi Nakamoto meluncurkan kebijakan pembayaran digital baru menggunakan Bitcoin. Bitcoin sendiri merupakan sebuah mata uang yang berbentuk digital, yang mana keberadaannya di luar sistem mata uang dunia yang telah diatur bank sentral dunia.
Transaksi Bitcoin sendiri juga tidak membutuhkan pihak ketiga. Sebagai gantinya, Bitcoin ini diverifikasi dan dicatat dalam sebuah sistem yang disebut Blockchain. Sistem dalam teknologi Blockchain sangatlah terbuka sehingga banyak pihak yang tertarik untuk menggunakan dan mengembangkannya.
Ingin tahu lebih jauh mengenai teknologi terbaru dengan Blockchain? Mari simak penjelasan lengkapnya di bawah ini.
Tentang Blockchain
Teknologi Blockchain merupakan sebuah basis data yang terus mengalami perkembangan, yang juga terhubung dan memiliki keamanan dengan menggunakan teknik kriptografi. Dilihat dari desainnya, teknologi blockchain ini mempunyai sifat yang resistan terhadap usaha modifikasi data. Jadi, Blockchain dapat diartikan sebagai buku besar yang sudah terdistribusi secara terbuka dan dapat mencatat transaksi antara dua belah pihak dengan efisien serta langkah-langkah yang bisa ditelusuri dengan baik secara permanen.
Dengan karakternya yang terdesentralisasi dan bersifat publik ini, maka memungkinkan bagi para pesertanya untuk bisa melakukan verifikasi dan memeriksa history transaksi dengan mudah. Teknologi dari Blockchain ini juga mempunyai potensi yang besar dalam mengubah model operasi bisnis dalam jangka waktu yang panjang.
Penggunaan sistem ini mampu menjanjikan efisiensi terhadap sistem sosial dan ekonomi global, transaksi-transaksi keuangan perusahaan-perusahaan, buku besar untuk aset dan lain sebagainya.

Macam-Macam Blockchain
Sampai saat ini, Blockchain terbagi menjadi tiga jenis jaringan, yakni:
1. Blockchain Publik
Jenis yang pertama adalah Blockchain Publik. Blockchain ini tidak mempunyai batasan akses. Siapa pun orang yang memiliki koneksi internet bisa mengirimkan transaksi ke dalam sistem tersebut dan menjadi seorang validator.
Umumnya, jaringan semacam ini akan menawarkan fee atau insentif ekonomi untuk mereka yang bisa mengamankan dan memanfaatkan berbagai macam algoritma Proof of Stake. Contoh Blockchain publik terbesar dan populer adalah Bitcoin dan Ethereum.
2. Private Blockchain
Jenis yang kedua ini merupakan Blockchain yang memiliki izin. Tidak sembarang orang bisa bergabung, terkecuali orang yang telah diundang oleh sang administrator jaringan. Akses para peserta dan validatornya pun dibatasi.
Blockchain jenis ini dianggap sebagai alternatif bagi perusahaan yang juga berminat dengan teknologi Blockchain namun tidak merasa nyaman dengan tingkat pengendalian yang ditawarkan oleh jaringan publik. Biasanya, mereka akan memasukkan Blockchain ke dalam prosedur akuntansi dan menyimpan catatan tersebut tanpa mau mengorbankan risiko ekspos data ke internet publik.
3. Blockchain Konsursium
Blockchain konsursium seringkali disebut sebagai Blockchain yang bersifat semi desentralisasi. Sistem jenis ini juga membutuhkan izin, akan tetapi bukan sebuah organisasi tunggal yang melakukan kontrol, melainkan beberapa perusahaanlah yang mengoperasikan node pada jaringan. Administrator jaringan dan deretan konsorsiumnya akan membatasi hak membaca para penggunanya dan hanya akan meminta node yang dipercaya untuk melakukan protokol konsensus.
Cara Kerja Blockchain
Di dalam sebuah sistem keuangan, agar terjamin uang tak akan hilang, maka transaksi-transaksi yang dilakukan akan dicatat dalam sebuah buku besar. Setiap perusahaan maupun instansi pastilah mempunyai buku besar yang nantinya akan memastikan bahwa besarnya jumlah uang keluar atau masuk benar adanya.
Dalam kebijakan pembayaran secara digital seperti Paypal, yang tentunya melibatkan beberapa institusi keuangan berbeda-beda, maka pihak perantaralah yang akan bertanggung jawab dalam mencatat setiap transaksi tersebut.
Berdasarkan sistem seperti Paypal tersebut, hanya akan ada satu buku besar yang dikelola oleh penyedia platform itu. Hal ini juga bisa menimbulkan sebuah kerugian dimana bila ada hacker atau peretas yang berhasil mendapatkan akses untuk masuk ke dalam buku besar yang dikelola pihak ketiga, maka bisa saja sang peretas akan memodifikasi isinya.
Teknologi Blockchain sendiri memiliki sistem yang mampu menghilangkan kerugian tersebut. Karena selain tanpa perantara, sistemnya berjalan dengan cara menyalurkan buku besar pihak yang mencatat transaksi ke sebuah jaringan internet komputer, yang mana seluruh buku besar tersebut memiliki sifat identik.
Seluruh transaksi yang sudah terjadi dan tercatat tersebut harus diumumkan agar bisa diverifikasi oleh semua komputer yang memegang buku besar sebelum dinyatakan dengan sah. Kemudian transaksi yang sudah melalui verifikasi akan disimpan dalam blok-blok terenkripsi, lalu akan tergabung secara permanen dengan blok transaksi yang ada sebelum atau sesudahnya.
Dengan mengikuti alur transaksi yang seperti ini, maka kebijakan pembuatan platform akan berjalan dengan aman. Bahkan para peretas juga harus membutuhkan kemampuan yang luar biasa untuk bisa membajaknya. Namun, seiring dengan terus bertambahnya transaksi yang berjalan, maka akan semakin membutuhkan sumber daya dan kemampuan komputasi yang besar pula.

Potensi Pemanfaatan Sistem Blockchain
Industri yang langsung terkena dampak dari perkembangan yang diberikan oleh Blockchain ini tentunya adalah industri keuangan. Pasalnya industri keuangan ini dasarnya adalah sebuah perantara atau pihak ketiga yang dipercaya untuk melakukan pencatatan transaksi dan pemindahan uang yang dimiliki kedua belak pihak.
Sementara sistem yang Blockchain terapkan adalah dengan menghilangkan sang perantara, maka hal ini akan memberikan kuasa yang besar para pemilik uang untuk melakukan transaksi. Artinya, pendapatan industri keuangan yang sebagian besarnya diperoleh dari fee transaksi tersebut akan terancam bangkrut.
Dilihat dari masalah tersebut, maka bank sentral yang ada di dunia menyikapi inovasi ini dengan hati-hati. Baru segelintir negara di Amerika, Eropa, dan Australia yang sudah mengesahkan transaksi dengan sistem ini. Sedangkan negara-negara di Asia masih belum berani melegalkan sistem tersebut. Termasuk Indonesia pun masih ikut bungkam.
Pada intinya, Blockchain mempunyai potensi pemanfaatan yang besar dan luas. Sistem ini dapat digunakan oleh dua atau lebih pihak-pihak untuk melakukan transaksi tanpa harus melibatkan perantara atau pihak ketiga. Mungkin untuk sekarang teknologi semacam ini masih belum dapat diterima secara gamblang oleh masyarakat luas. Tapi kita bisa lihat nanti, 5 atau 10 tahun ke depan siapa tahu sistem ini menjadi rangkaian teknologi yang marak dipraktekkan seluruh dunia.
Menyikapi Inovasi Teknologi Blockchain
Dengan beredarnya isu-isu teknologi yang semakin berkembang dewasa ini, tentunya sebagai calon pengguna kita harus memiliki sikap yang objektif. Kita tentunya harus melihat seberapa besar manfaat yang dapat diperoleh dengan inovasi tersebut. Jangan asal mau menolak atau menerima. Butuh pertimbangan-pertimbangan tertentu supaya nantinya kita bisa menilai apakah teknologi tersebut layak untuk diaplikasikan atau tidak.
Mengenai Blockchain, seperti keterangan di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa teknologi tersebut sangat mumpuni untuk menyajikan pencatatan transaksi dalam bidang keuangan. Dengan asas keterbukaan dan publik yang dimilikinya, maka kita akan mengetahui dengan sejelas-jelasnya transaksi apa saja yang telah terjadi. Hal ini tentunya dapat mengurangi risiko kecurangan dan korupsi dalam suatu instansi maupun negara.
Tapi kembali lagi, setiap teknologi yang diciptakan dan dikembangkan tentunya membutuhkan proses yang cukup panjang untuk kelayakannya. Sebaiknya kita bersikap bijaksana terhadap teknologi yang muncul dan gencar booming tersebut. Kita harus banyak mengetahui dampak yang bisa ditimbulkannya. Jika memang pada kenyataannya teknologi tersebut membawa kebaikan, maka tak ada salahnya untuk diterapkan bukan?
Demikian informasi selengkapnya mengenai Blockchain yang sempat menghebohkan dunia transaksi keuangan tersebut. Sebagai warga, kita tetap harus bisa mengambil sisi positif dari inovasi tersebut dan jangan bertindak semena-mena. Semoga informasi tersebut bermanfaat.
Penulis: Amsi Puri Dirgantari / Editor: Rian Herdiana